Baru-baru ini saya terjun ke dunia asuransi. Semua diawali dengan suatu peristiwa yang memicu pikiran saya berpikir lebih lanjut mengenai asuransi. Peristiwa itu terjadi dipertengahan tahun 2016 dimana Ayah mertua saya terkena serangan stroke saat makan siang di rumah. Usia beliau saat itu 69 tahun dan kondisi fisiknya sehat dan kuat karena background Ayah mertua saya memang seorang atlet, jadi beliau tahu betul bagaimana menjaga kebugaran. Kejadian tsb sangat mengejutkan seluruh keluarga kami, karena kejadiannya benar2 mendadak dan tidak diduga. Dari situlah saya mengerti benar kesamaan serangan stroke karena penyumbatan maupun pemecahan pembuluh darah, yaitu keduanya datang MENDADAK.
Hal lainnya adalah Ayah mertua saya tidak memiliki polis asuransi apa pun, sehingga seluruh biaya pengobatan ditanggung bersama oleh anak-anaknya, dimana hal ini pun menjadi resiko tersendiri bagi saya dan keluarga yang masih dalam perjuangan menuju kemapanan finansial sebagai suatu keluarga muda yang sudah memiliki anak-anak juga.
Saat resiko itu terjadi kepada Ayah mertua saya, seluruh keluarga berpikir : "Ah.., seandainya saja Ayah kami memiliki polis asuransi dengan uang pertanggungan yang cukup besar, maka itu sudah menolong 50% dari masalah yang kami hadapi (financial), sehingga kami bisa fokus kepada pengobatan dan terapi Ayah kami untuk bisa pulih dari stroke". Namun, semua itu tinggal angan2 saja karena Ayah mertua saya tidak memiliki polis asuransi apa pun.
Disinilah beban berat sangat kami rasakan. Ibu mertua, anak dan menantu ditempatkan pada DILEMA antara memberikan pengobatan dan terapi terbaik dengan ketiadaan biaya yang cukup untuk hal tersebut. Puji Tuhan, banyak kerabat dan sahabat yang mengulurkan tangan mereka untuk memberikan bantuan financial yang tidak sedikit. Walaupun demikian, pada akhirnya bantuan mereka sangat terbatas dan tanggungan biaya pengobatan dan perawatan Ayah mertua saya tetap jatuh kepada kami anak dan menantu-nya. Berbagai cara pun kami upayakan, dari menjual harta yang ada sampai mengajukan hutang (pinjaman) ke kantor maupun bank dan termasuk kartu kredit.
Kejadian tersebut menyadarkan saya bahwa manusia tidak kebal terhadap resiko hidup. Umumnya ada 5 resiko hidup yaitu :
- Sakit
- Kecelakaan
- Cacat
- Meninggal
- Tua
Untuk memudahkan dalam mengingat, saya singkat 5 resiko hidup menjadi SKCMT.
Kita tidak kebal terhadap SKCMT, kita juga tidak tahu mana yg akan datang lebih dulu, kita tidak bisa memilihnya, namun kita tahu persis ketika salah satu datang akan membutuhkan biaya yang besar, biaya itu mau ditanggung sendiri ? ditanggung oleh pihak lain ??
Nah.... dititik inilah kemudian saya tersadar dan MELEK akan PENTINGNYA asuransi. Perusahaan asuransi ada untuk menolong keluarga2 dari kehancuran / krisis akibat badai ekonomi yang timbul ketika ada salah satu anggota keluarga (khususnya pencari nafkah utama) terkena resiko SKCMT.
"Seseorang tidak akan tahu pentingnya memiliki asuransi sebelum dia tahu betapa beratnya menjadi perusahaan asuransi bagi dirinya sendiri dan keluarganya."
Saya mengajak Bapak / Ibu dan rekan-rekan pembaca untuk sama-sama merenungkan quote diatas. Quote tersebut membantu saya untuk mengubah paradigma saya tentang asuransi. Sebelumnya saya antipati dengan asuransi karena merasa bahwa asuransi itu kurang bermanfaat dan hanya merugikan saya saja, belum lagi banyak kali diprospek oleh agen2 asuransi yang waktu itu saya anggap sangat "menyebalkan." hingga akhirnya saya berada dalam kondisi yang saya ceritakan diatas. Saya tahu persis betapa beratnya menjadi perusahaan asuransi bagi diri sendiri dan keluarga.
Dari situlah saya bertekad untuk menolong sebanyak mungkin orang, dari kerabat, sahabat dan teman-teman baru dengan men-sharing-kan informasi yang baik dan benar mengenai PENTINGNYA ASURANSI sehingga mereka bisa terhindar dari badai ekonomi yang timbul akibat resiko hidup yang terjadi.
Membeli polis asuransi itu seperti membeli genset. Kita membeli genset namun berharap jangan sampai listrik dirumah kita padam karena akan sangat merepotkan, namun kalau pun sampai padam, maka kita sudah punya genset untuk meminimalkan resiko-nya. Demikian juga saat membeli polis asuransi, tentu harapan dan doa kita adalah jangan sampai ada resiko yang tidak kita harapkan terjadi, namun kalau pun sampai ada resiko maka kita sudah memiliki cara untuk meminimalkannya.
"Saya membeli polis asuransi bukan karena saya akan mati atau akan sakit, tetapi karena ada orang lain yang tetap harus hidup normal dan tercukupi saat saya tidak ada lagi."
Saya berharap tulisan saya membantu Bapak / Ibu dan rekan-rekan pembaca MELEK ASURANSI.
Sayangilah diri Anda dan keluarga Anda, salah satunya dengan memiliki polis asuransi.
Erwin Lauw
Business Partner
Allianz
0812-1367-3046
elrisingstar@gmail.com
No comments:
Post a Comment